Pelajaran Terbaik Dalam Investasi
Oleh: Mamat Rohimat (Founder TheGreatCoin)
Bismillah!
Baru-baru ini, saya menyampaikan pesan jelas untuk keluar dulu dari pasar saham, agar bisa mengambil dua kesempatan emas atau salah satunya, yang juga saya sampaikan. Tapi, ada komentar menarik seperti ini:
"Duid juga masing2, ngapain urus orang pak.. nebar fear terus.. begitu dicounter.. jawabnya setuju terus.. ngawur 😅".
Seakan-akan saya dianggap menyebar fear😂. Saya pernah alami saat seperti ini di 2008, sakit banget itu, bikin loss tak balik lagi. Karena akhirnya cut loss di bawah sekali,gak kuat lihat Portfolio. Mungkin saat ini anggap index sudah di bawah, makanya tak mau cutloss, dan bahkan melakukan averaging down. Tapi, perhatikan chart S&P 500 ini, sesungguhnya pasar saham masih di level kisaran tertinggi sepanjang masa.
Artinya, market rebalancing yang normal terjadi itu, jika itu bahasa yang lebih sopan digunakan daripada istilah market crash atau global crisis, memungkinkan index jatuh lebih dalam lagi. Dan jika ini terjadi, Anda tahu, bahwa sangat menyakitkan.
Saat portfolio turun 50%, maka butuh agar harga naik 200% agar portfolio kembali ke level semula. Saat portfolio loss 60%, harga butuh 250% agar kembali ke modal semula. Tapi, jika portfolio loss 80%, harga butuh meningkat 500% agar kembali balik modal. Mungkin ini alasan, Pak Budi (Seorang Direktur di salah satu perusahaan Manajer Investasi BUMN) berkata: Return of Capital diutamakan dari Return on Capital.
Tapi, di group Investasi tersebut pak Budi bilang, biarkan saja jika salah akan menjadi lebih wise. Saat itulah saya pun berkomentar,setuju. Saat saya mulai intens memantau day to day pasar modal di 2008, setelah saya masuk saat itu, langsung ditimpa krisis global. Dan itulah pengalaman yang cukup berharga, membuat saya lebih wise. Tapi, memang pengalaman itu mahal, saya loss besar di 2008. Ketika portfolio Sudah terlalu jauh, saya cutloss, dan akhirnya tidak pulih. Itulah pengalaman.
Tahun 2020 ini, sebelum market mengalami gunjang ganjing hebat, saya keluar dari pasar modal, bersih. Ternyata kalau saya tahan, portfolio saya akan turun lagi 25% sampai harga sekarang. Karena pengalaman itu membuat lebih bijak, saya keluar dari bursa saham sebelum orang lain panik ingin keluar. Alhamdulillah😂.
Saat ini, orang masih Denial. Ah, ini masih koreksi wajar. Tapi pepatah berkata: kalau kamu ingin tahu kedalaman sungai, jangan kau selami. Bisa mati! Ingin menyelami kedalaman kejatuhan bursa saham? Wah, loss bisa sangat besar sekali, dan pengalaman saya di masa lalu bisa terulang, loss terlalu besar, cut loss di harga sangat rendah, lalu tidak bisa pulih lagi. Ini pengalaman kan? Ya, ini adalah pengalaman, ongkos belajar.
Pengalaman saya mengajarkan bahwa kita pun harus lebih fokus untuk memilih aset yang paling terbaik. Jika berupa saham, indikator utama adalah produk yang kuat (dilihat dari kinerja bisnis), manajemen yang fair terlihat dari keputusan yang rasional untuk menjaga kepentingan semua pemegang saham dan tidak hanya mengutamakan kepentingan pemegang saham pengendali, dan likuiditas. Jika merupakan sebuah Crypto, Yang saya anggap fundamental adalah kekuatan teknologi, fanatisme komunitas, dan likuiditas.
Saya sudah identifikasi aset terbaik di 2 industri, yaitu Crypto Dan Pasar Modal. Saya pandang, tahun ini adalah kesempatan. Lagi-lagi, saya tidak melihat dari satu sisi saja bahwa sesungguhnya ini adalah global crisis, tapi saya melihat lagi dari sisi lain, ini kesempatan. Ada yang bilang, saya tak bisa mengerti cara berpikir Mamat ini. Ya,saya berpikir terbalik dan sengaja dibalik. Jangan fokus kepada masalah, tapi lihat di balik masalah itu apa, ada kesempatan. Allah berfirman: maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka, di surat ini dikatakan: di balik satu kesulitan, ada dua kemudahan. Jika orang terlalu fokus ke masalah, ya begitulah yang terjadi di dunia, panik! Borong barang seakan-akan dunia mau kiamat saja. Itu cara pandang umum. Tapi, saya pandang terbalik, ini kesempatan emas!
No comments:
Post a Comment